Penulis: Pinnur Selalau.
(Pemred RadarCyberNusantara.Id)
Opini : Dalam perjalanan sejarah bangsa dan negara, politik sering kali dipandang sebagai sesuatu yang kotor, penuh intrik, dan jauh dari nilai-nilai moral. Namun sesungguhnya, pandangan ini lahir dari praktik-praktik kekuasaan yang menyimpang dari makna sejati politik itu sendiri. Pada hakikatnya, politik adalah sesuatu yang suci. Ia merupakan alat untuk mewujudkan kebaikan bersama, sarana mengelola perbedaan, serta jalan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Kesucian politik terletak pada niat dan tujuan dasarnya: memperjuangkan kebenaran dan membela yang lemah. Politik bukanlah sekadar alat untuk meraih kekuasaan demi kepentingan pribadi atau golongan. Ia adalah panggilan untuk berbakti kepada rakyat dan memperjuangkan keadilan bagi semua kalangan. Dalam konteks ini, politik menjadi ladang pengabdian, tempat di mana nilai-nilai luhur seperti kejujuran, keberanian, empati, dan tanggung jawab harus terus tumbuh dan berkembang.
Sayangnya, dalam praktiknya, politik kerap tercemar oleh korupsi, manipulasi, dan kepentingan pragmatis. Rakyat kecil menjadi korban dari sistem yang tidak adil, sementara suara-suara mereka yang lemah sering diabaikan oleh para pemegang kekuasaan. Di tengah kondisi ini, kita semua memiliki tanggung jawab moral untuk mengembalikan marwah politik sebagai jalan perjuangan suci.
Membela yang benar berarti berani berdiri di sisi kebenaran, meskipun penuh risiko. Kebenaran dalam politik tidak boleh tunduk pada kepentingan sesaat atau tekanan kekuasaan. Ia harus ditegakkan atas dasar keadilan, fakta, dan kepentingan rakyat secara menyeluruh. Inilah ujian sejati integritas seorang politisi: apakah tetap setia pada idealisme dan suara nurani, atau justru tergoda oleh gemerlap kekuasaan.
Sementara itu, membela yang lemah merupakan perwujudan nyata dari empati dan tanggung jawab sosial. Politik sejatinya harus berpihak kepada mereka yang tidak memiliki suara, yang terpinggirkan dalam pembangunan, dan yang hidup dalam ketidakadilan: rakyat miskin, penyandang disabilitas, anak-anak terlantar, perempuan korban kekerasan, serta kelompok minoritas. Mereka semua membutuhkan kehadiran negara melalui kebijakan-kebijakan yang adil dan berpihak.
Saya meyakini bahwa pendidikan politik yang benar akan melahirkan generasi pemimpin yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kebijaksanaan moral. Di sinilah peran institusi pendidikan, masyarakat sipil, tokoh agama, dan media menjadi sangat penting. Kita harus mengajarkan kepada generasi muda bahwa politik bukan dunia yang harus dijauhi, melainkan arena yang perlu dibersihkan dan dibenahi demi kebaikan bersama.
Kesadaran akan kesucian politik harus tumbuh dari dalam hati. Ia lahir dari keinginan tulus untuk berbuat baik dan melawan segala bentuk ketidakadilan. Kita tidak bisa terus membiarkan politik menjadi sekadar ajang perebutan kekuasaan tanpa nilai-nilai luhur. Sudah saatnya politik menjadi ladang subur bagi lahirnya pemimpin yang visioner, rendah hati, dan peduli terhadap rakyat.
Perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil. Mari kita mulai dengan berani menyuarakan pendapat, aktif dalam komunitas, memilih pemimpin yang jujur dan berintegritas, serta mengawasi jalannya pemerintahan dengan kritis dan konstruktif. Setiap dari kita memiliki peran penting dalam menjaga kesucian politik.
Kita tidak harus menjadi pejabat atau politisi untuk berpolitik dengan benar. Dengan menjadi warga negara yang sadar, peduli, dan aktif, kita sudah turut serta dalam perjuangan membela kebenaran dan memperjuangkan keadilan.
Saya mengajak seluruh elemen masyarakat—khususnya para pendidik, mahasiswa, dan generasi muda—untuk tidak apatis terhadap dunia politik. Mari jadikan politik sebagai alat perjuangan yang mulia, sarana untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, dan benteng perlindungan bagi mereka yang lemah dan tak bersuara.
Politik itu suci—jika dijalankan dengan hati yang bersih, niat yang tulus, dan komitmen terhadap keadilan. Mari kita bela yang benar dan yang lemah, demi masa depan masyarakat Bandar Lampung yang lebih adil, lebih bermartabat, dan lebih beradab.
Editor: Mely Epriyanti S.H.
Autor: RadarCyberNusantara.Id.