Radarcybernusantara. Id | Kegiatan QRIS 3X3 SIGER SLAM LAMPUNG yang digelar di Pendopo Pringsewu pada tanggal 8-10 Agustus 2025 telah menunjukkan kegagalan besar dalam mengelola keselamatan dan kenyamanan. Meskipun kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan gaya hidup sehat melalui olahraga dan mendukung transformasi digital di sektor ekonomi, penyelenggara tampaknya lebih memprioritaskan aspek komersial daripada keselamatan dan kesehatan peserta.
Adanya Dugaan Penggusiran Pedagang Lokal : Pada Rabu malam (7/8) sekitar pukul 21:00 WIB, para pedagang yang berjualan di titik tersebut dikejutkan dengan persiapan pemasangan stand yang mengharuskan mereka mengosongkan area. Meskipun ada informasi pemberitahuan melalui grup komunitas pedagang, namun hal itu masih simpang siur akan kejelasan pastinya. Sehingga pengunjung yang sedang berbelanja pun pergi meninggalkan tempat tersebut pada saat itu.
Kemudian pedagang yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini mengeluhkan bahwa sejak hari pertama, Jumat (08/8), stand mereka sepi pembeli meskipun pengunjung ramai. “Sudah dua malam ini sepi pembeli, padahal pengunjung ramai,” keluh salah satu pedagang.
Menurut pengunjung, aneka jajanan yang dijual di stand tergolong mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat sekitar.
“Harga jajanan di stand ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan yang di luar stand,” kata salah satu pengunjung pada tim investigasi Radarcybernusantara.
Sehingga banyak pembeli yang memilih untuk membeli jajanan di luar stand karena harga yang lebih terjangkau, serta metode pembayaran menggunakan QRIS juga menjadi masalah bagi beberapa pengunjung. Hal ini menyebabkan banyak pengunjung lebih memilih untuk tidak melakukan pembelian kuliner di stand.
*Tidak Adanya Tim Medis*
Tidak adanya tim medis yang berjaga selama kegiatan berlangsung menunjukkan ketidakpedulian penyelenggara terhadap keselamatan peserta. Risiko cedera dalam kegiatan olahraga seperti basket tidak dapat diabaikan, dan keberadaan tim medis sangatlah penting.
Rumor yang beredar menyebutkan bahwa kegiatan ini berkolaborasi dengan Bank Indonesia (BI) cabang Lampung. Jika benar adanya, maka sangat disayangkan bahwa kegiatan yang bekerja sama dengan lembaga penting seperti BI tidak memperhatikan aspek keselamatan dengan baik. Ini menunjukkan kegagalan besar dalam mengelola kegiatan dan tidak sesuai dengan standar yang diharapkan.
Kegiatan yang bertujuan mulia, namun gagal dalam pelaksanaan mendapat perhatian publik, sehingga mendapat pesan keras untuk Penyelenggara dan Pemerintah Daerah agar berbenah dan segera mengambil tindakan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut.
Namun sangat disayangkan, Panitia yang dikonfirmasi tidak memberikan klarifikasi resmi meskipun diberikan kesempatan, ini menimbulkan pertanyaan apakah mereka tidak mau dikritik atau merasa benar hingga acuh. Pemerintah daerah perlu mengevaluasi kerja sama dengan penyelenggara dan memastikan kegiatan mendatang lebih baik dalam hal keselamatan dan komunikasi. Dengan demikian, kegiatan ini dapat menjadi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan keselamatan kegiatan-kegiatan mendatang. |RBL