RadarCyberNusantara.Id | Dunia Pers Indonesia kembali dilanda kegelisahan, bukan oleh tekanan eksternal, melainkan oleh egoisme internal. Fenomena terbaru menunjukkan bahwa sebagian wartawan yang telah mengikuti dan lulus Uji Kompetensi Wartawan (UKW) justru terjebak dalam sikap arogansi. Mereka membusungkan dada, mengangkat telor, cari muka ke berbagai pihak, dan meremehkan kolega yang belum mengantongi sertifikat UKW.
Ironisnya, sebagian dari mereka lupa bahwa esensi dari UKW adalah peningkatan kualitas dan profesionalisme, bukan alat pembeda status atau ajang pamer kehebatan. Dunia pers bukan soal gelar, tapi soal karya dan dedikasi.
Tak jarang, mereka yang belum UKW justru lebih aktif di lapangan, lebih tajam dalam menulis, dan lebih dekat dengan denyut nadi masyarakat. Mereka bekerja dalam senyap, tanpa sertifikat, tetapi dengan nurani dan idealisme yang tetap menyala. Sementara sebagian yang sudah UKW malah sibuk berswafoto dengan rompi “kompeten”, namun minim kontribusi nyata.
Penting untuk diingat, bahwa UKW bukan jaminan moralitas, bukan tolak ukur mutlak kualitas. Ia hanyalah salah satu instrumen, bukan alat pemecah solidaritas. Dunia jurnalistik seharusnya dibangun atas dasar kolaborasi, bukan kasta-kastaan.
Kepada para insan pers yang sudah UKW: mari rendah hati. Jadikan kompetensi sebagai tanggung jawab, bukan kesombongan. Dan kepada yang belum UKW: teruslah berkarya, jangan gentar, karena kualitas sesungguhnya lahir dari konsistensi, bukan hanya sertifikasi.
Pers adalah rumah bersama, bukan panggung untuk saling merendahkan. Ingat itu dan perlu di garis bawahi untuk yang sudah UKW dan jangan merasa paling hebat sendiri.
(Pinnur Selalau)