Penulis : Pinnur Selalau.

PENDIDIKAN Nasional kita sedang krisis peran Keluarga, disetiap kegaduhan di dunia Pendidikan nama Guru selalu berada di kursi terdakwa. Ketika siswa nakal, guru disalahkan, ketika moral remaja runtuh sekolah dituding gagal, ketika kekerasan terjadi publik menuntut Kepala Sekolah diadili.
Ironisnya, yang paling jarang ditanya justru yang paling dekat dengan anak itu sendiri yaitu Orang Tua. Padahal tujuan Pendidikan Nasional yang diatur dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 sangat mulia, yaitu “membentuk manusia beriman, bertakwa dan berakhlaq mulia.”
Namun bagaimana mungkin Cita-cita akan tercapai jika Pendidikan hanya dianggap urusan Guru di Sekolah, sementara rumah kehilangan peran sebagai Madrasah pertama bagi anak.
Kita seolah hidup dalam sistem yang menukar makna PENDIDIKAN dengan PENGAJARAN, anak sibuk mengejar nilai, Guru sibuk mengejar Administrasi Pembelajaran, dan orang tua sibuk mengejar karier.
Ketika Moral anak goyah, kita beramai-ramai mencari kambing hitam, bukan akar masalah. Sementara pendidikan memang harus mampu melihat sebab akibat dari persoalan. Apa akar masalahnya, bukan siapa yang salah.
Bahkan keterlibatan aparat penegak hukum, mulai dari Kepolisian, hingga Pengacara yang Sarjana Hukum pun menjadi penambah masalah pada Ekosistem Pendidikan kita.
Kurikulum berganti setiap pergantian Menteri Pendidikan berganti, tetapi Karakter Bangsa tetap berjalan ditempat. Lebih memperihatinkan lagi, banyak Keluarga menyerahkan tanggung jawab pembentukan Karakter sepenuhnya kepada Sekolah.
Padahal Ki Hajar Dewantara pernah berkata, “Setiap Orang Tua Adalah Guru dan Setiap Rumah Adalah Sekolah.” dan lebih dalam Ia berpesan, “Keluarga Adalah Pusat Pendidikan Pertama dan Terpenting.”
Artinya apa, Akhlak bukan dibentuk oleh Silabus, tetapi oleh KEBIASAAN di Rumah. Jika anak setiap hari melihat Pertengkaran, Kemalasan, Kebohongan dan melihat ketidak jujuran dirumah, maka Guru di Sekolah hanya sedang menambal robekan yang dibuat oleh orang tua nya sendiri di Rumah.
Pendidikan Nasional tidak akan pernah berhasil tanpa keterlibatan keluarga, Guru hanya mampu menanam Ilmu, sementara Orang Tua bertugas menyirami Nilai. Keduanya harus berjalan beriringan, sudah saatnya Sekolah dan Keluarga berhenti saling menyalahkan, dan mulai berkolaborasi membangun generasi berkarakter.
Kita boleh punya Kurikulum terbaik, Teknologi Tercanggih, dan Guru Profesional, tetapi tanpa peran keluarga yang aktif dan sadar Tanggung Jawab, maka tujuan Pendidikan Nasional akan tetap menjadi Teks indah tanpa Jiwa.
Sebab, yang sesungguhnya membentuk Manusia Beriman dan berakhlaq mulia bukan Ruang Kelas, melainkan Rumah yang hidup dengan Nilai-nilai.
Sebagai penutup mari kita renungkan kata-kata bijak berikut ini. “Akhlak Anak Bukan Hasil Ujian Nasional, Tetapi Cerminan Dari Pendidikan Keluarga.”
Bandar Lampung: Kamis 6 November 2025.
Author : RCN.
1 bulan lalu
Setuju Bang, pendidikan generasi muda adalah tanggung jawab semua elemen bangsa, terutama orang tua.