RadarCyberNusantara.Com – Tanggamus.| Dzurriyyat KH Fadlil Amin Mengunjungi dan melakukan doa bersama, di hadapan makam sang Legenda Perintis Nahdatul Ulama (NU) di Bumi Lampung, Tempat Pemakaman Umum (TPU) Warga Masyarakat Pekon Gunung Kasih, di Tanjung Kemala, Pugung, Tanggamus Lampung. Kamis (11/4/2024) pukul 13.00 WIB.
Pelaksanaan ziarah ke makam. Orang Tua, Kakek, Puyang itu, dipandu langsung oleh putra ke 3, KH Fadlil yang bernama Abdul Mujib Fadil Amin. Dalam kesempatan nya mengajak kakak/adik, anak/menantu, cucu, hingga cicit, untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan bertemu di idul Fitri 1 Syawal, 1445 H. tahun ini, walaupun belum kumpul semua keluarga besarnya.
Sebelum melaksanakan tawasul, Abdul Mujib Fadil Amin menyampaikan kepada keluarga yang hadir,” bahwasannya, kunjungan ke makam hukum nya diperbolehkan, namun jangan sampai menghantarkan kepada kesyirikan, yang dimana seseorang hadir mengunjungi makam untuk berdialog dengan makam, meminta kepada makam, ataupun hingga meyakini makam itu bisa membantu dia, (yang hadir). karena itu merupakan perbuatan kezaliman terbesar ,”ungkapnya.
Ia pun menegaskan kegiatan tradisi ini,” selain untuk mendoakan Ayahanda KH. Fadlil Amin Bin H. Amminudin kunjungan kita Dzurriyyat ke makam ialah untuk mengambil pelajaran (lil i’tibâr). Dengan berziarah, kita akan berpikir, orang yang sudah meninggal dan berada di dalam kubur, dulunya juga sama seperti kita. Kelak, suatu saat nanti kita juga sama seperti mereka, mati dan berada di dalam kubur,”jelasnya.
Masih katanya,” kita tentunya sebagai Dzurriyyat sudah sama-sama mengetahui histori perjalanan almarhum, dan kita tidak pernah menyampaikan kepada siapapun terlebih kepada kepengurusan NU baik yang di Lampung atau pun yang ada di Pusat,”terangnya.
Jadi paman harap kita semua selaku Dzurriyyat dapat benar-benar memahami semua alasan yang terkubur selama ini, dan pada beberapa bulan lalu Allah berkehendak lain dengan membuka tabir ini, dan menggerakkan hati, langkah kaki para pengurus NU di Lampung yang mungkin di awali oleh giat salah satu jurnalis ataupun aktivis yang ingin menyampaikan kepada publik asal-usul Nahdatul Ulama (NU) di Lampung. Tentunya itu sudah melalui pertimbangan yang matang untuk paman dan kita semua untuk kedepan,”paparnya.
Yang patut kita tauladani dari almarhum selain ilmu nya yang kita semua masih jauh, lebih menarik keistimewaan ayahanda selama ini, yang selalu tulus dalam menyebarkan ilmu pengetahuan nya, ajaran nya kepada murid dan relasinya, ia bahkan tak pernah mau di nampakan sebagai tokoh atau di istimewakan hingga ia wafat, layak nya tokoh-tokoh agama lain yang kita ketahui. Dan tentunya ini bukti nyata makam ayahanda pun tetap berada bersama dengan makam-makam masyarakat lain, dan dia berpesan tidak mau jika makam nya sampai di salah artikan, hingga yang paman utarakan tadi kepada kalian semuanya, merujuk pada kesyirikan, maka dari itu setiap pengunjung baik dari sekitar ataupun luar daerah paman berikan himbauan untuk melakukan kordinasi tentunya agar paman menyampaikan dan memberikan sedikit pemahaman yang menjadi alasan kita selama ini agar terhindar dari kesyirikan tersebut.”tandasnya.
Dan makam Pendiri NU di Bumi Lampung tersebut, seusai di sematkan Prasasti pada tahun lalu, mulai di kunjungi penziarah baik lokal ataupun luar daerah. Meski belum banyak yang mengetahui, bahkan diantara kaum Nahdiyin sendiri merasa sontak tak percaya dengan di tetapkan juga di sematkan Prasasti oleh pengurus Wilayah Lampung Dr. H. Puji Raharjo, S.Ag, S.s, M.Hum. yang kala itu di hadiri langsung oleh Cucu Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Juga salah satu, pengasuh pondok pesantren putri Tebuireng Jombang. KH. Fahmi Amrullah Hadziik. 03 Desember 2023 lalu, atau yang kerap disapa, Gus Fahmi.*Rbl